Kupu-Kupu


Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Dia duduk dan mengamati selama beberapa jam kupu-kupu dalam kepompong itu ketika dia berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian sang kupu-kupu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.
Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh yang gembung dan kecil, serta sayap-sayap yang mengerut. Orang tersebut terus mengamatinya, karena dia berharap bahwa pada suatu saat, sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya. Sayang, semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil tersebut adalah cara Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya. Sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Kadang, perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin malah melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya memohon kekuatan, dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.
Saya memohon kebijakan, dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.
Saya memohon kemakmuran, dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.
Saya memohon keteguhan hati, dan Tuhan memberi saya bahaya untuk diatasi.
Saya memohon cinta, dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.
Saya memohon kemurahan/kebaikan hati, dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.
Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.


diambil dari malajah ‘Paras' No.20/Tahun II Mei 2005)
www.dudung.net

Terbanglah Setinggi Mungkin

Fikiran tidak akan tumpul, lidah tidak akan diam,
dan anggota tubuh senantiasa bergerak,
tidak pernah diam. Jika kita tidak menyibukkan diri dengan pekara besar,
maka ia akan disibukkan dengan perkara kecil.
Jika tidak mempergunakanya untuk kebaikan, Maka ia akan dipergunakan untuk kejahatan. Sebagian jiwa cenderung kearah perkara yang enak dan mudah, Tidak suka kepada kesulitan dan kesukaran. Hendaklah kita mengangkat diri semampu mungkin kepada perkara bermanfaat yang sukar itu. Latih dan biasakan ia dengan perkara yang idak kita sukai, namun itulah sesungguhnya yang terbaik,
sehingga membiasakan diri kepada perkara-perkara besar, dan senantiasa berusaha kearah ketinggian. Sehingga lari dari setiap perkara rendah dan merasa jijik terhadap setiap perkara remeh. Ajarkan diri untuk senantiasa terbang setinggi mungkin Hingga ia bencikan kerendahan, Kenalkanlah ia dengan kemuliaan, sehingga ia lari dari kehinaan. Rasakan ia dengan kelezatan rohani yang agung, Sehingga ia memandang rendah kepada kelezatan anggota tubuh yang hina
penuh dengan kesia-siaan.”

Cerdas Dalam Memilih Teman

Nasihat Luqman Al-Hakim
Wahai anakku, barang siapa berteman
dengan seorang yang buruk perilakunya,
niscaya ia akan terpengaruh.
Temanilah orang-orang yang mulia dan jauhilah
orang-orang yang rendah budi,
karena jika engkau berteman dengan orang yang
mempunyai jiwa dan derajat yang mulia,
maka ia akan menguntungkan dirimu,
dan jika engkau berteman dengan orang
yang rendah budi, jelas ia akan menghinakanmu
dan akan meninggalkanmu disaat ia
tak lagi membutuhkanmu.”

Bergaul! boleh gaul, asal jangan lebur, gaul yok ngegaul asal nggak hancur, sah-sah aja kalo mo jadi anak gaul, asal ngga sering-sering lembur, jalan sampe larut malam, sampe lupa waktu pulang, semua jadi kebablasan, jadi penyesalan semua uda kejadian, tinggal diem mikirin nasip masa depan. Penyesalan oh penyesalan, kenapa engkau datang sering kesiangan, alias terlambat setelah semua terlakukan, yang ada hanya sebuah puing-puing kekesalan, fiuh apa jadinya masa depan. We are Different, jadilah pembeda diantara pembeda, bukan untuk membeda-bedakan, berbaur pada siapa aja untuk mewarnai mereka dengan semangat dan perubahan baru kita, bukan justru kita yang malah terwarnai oleh mereka. Jadilah diri kita apa adanya, komitment serta sikap ketegasan sangat diperlukan dalam keberanian kita mengatakan TIDAK secara jelas dan tegas, Tidak dalam hal-hal yang akan merugikan diri kita maupun orang lain tentunya, pilihan dalam menilai siapa yang akan menjadi teman kita amatlah perlu, karena pengalaman telah membuktikan, bahwa sebagian besar warna jiwa kita telah dibentuk oleh lingkungan, mari bersama kita renungkan ilustrasi berikut.

Siapakah Teman Kita
Ada dua helai kulit kambing. Yang satu berteman dengan Al-Qur’an, dan yang satunya lagi berteman dengan kayu. Kulit kambing yang berteman dengan Al-Qur’an ia akan menjadi pembungkus Al-Qur’an, ia mengalami nasip yang begitu baik. Ia tidak mungkin diinjak-injak orang lain atau pun diletakkan pada tempat yang kotor apa lagi terkena najis, karena ia senantiaa dibaca, bahkan banyak orang yang suka mencium sebelum mengeluarkan kitab Al-Qur’an yang dibungkus itu.
Berbeda pula dengan nasip yang dialami oleh kulit kambing yang berteman dengan kayu. Dan sepertinya tak ada yang akan semalang nasipnya. Setiap hari paling sedikitnya lima kali, ia dipukul orang dengan sekuat tenaga, lantaran ia dipergunakan sebagai beduk pemukul kasur dan yang lainnya.
Pesan dari kedua wacana tersebut yaitu mengisyaratkan kita untuk lihai, cerdik nan cerdas dalam memilih teman, janganlah penjahat tuk kita jadikan sebagai kawan, atau ahli ghibah dan fitnah dijadikan teman serumah, tapi jadikanlah ulama sebagai perioritas teman yang utama, bukankah jika kita berdekatan dengan asap kita akan berbau asap dan apa bila berdekatan dengan penjual minyak wangi maka kitapun akan kecipratan wanginya.
Namun apa bila kita tidak memungkinkan untuk menghindar dari lingkungan tersebut, alias buruk, maka pandai-pandailah kita membentengi diri, seperti ikan laut. Ia begitu cerdasnya membentengi diri, sehingga meskipun ia hidup bertahun-tahun di lingkungan yang asin, tetapi selama hayat masih dikandung badan (alias masih hidup), maka pantang baginya tuk menjadi ikan asin.

Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu :Nabi-nabi, para shadiqin, orang-orang saleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
(QS. An-Nisa :69)